Minggu, 07 Oktober 2018

LARI MARATHON DAN CERITA CINTA TULUS



Hidup merupakan sebuah perjalanan panjang seseorang yang harus dijalani di dunia ini. Dimana setiap jalan yang dilalui akan menemukan banyak hal-hal baru yang membuat sesorang belajar dan memahaminya, dan mungkin sesekali menengok kebelakang untuk melihat sudah berapa jauh melangkah, sudah berapa banyak hal yang dilakukan, apakah sudah cukup baik ataukah ada yang harus diperbaiki agar mudah melakukan perjalanan kedepannya. Dan menurutku hidup itu seperti kita lari marathon 26,2 mil, tujuannya adalah mencapai garis finish yaitu mimpi yang diharapkan. Akan tetapi, tidak semudah itu menuju garis finish itu. Kita memiliki banyak pesaing, banyak pelari marathon lainnya yang ingin sampai garis finish terlebih dahulu. Selain itu, selama perjalanan tiba-tiba bertemu dengan hal yang tak terduga. Misalnya saja kamu melihat seorang anak kecil diujung jalan lain menangis seorang diri. Kau menghampirinya, dan ternyata anak itu tersesat dan tidak menemukan orangtuanya. Dan kau memilih untuk menolongnya dan membantunya menemukan orangtuanya. Sementara kau melupakan lari marathonmu, kau merasa anak kecil itu lebih butuh bantuanmu saat itu. Sedangkan pelari yang lain tetap melaju dan menyalip kedudukanmu. Kau kembali berlari, dan baru beberapa meter berlari kau melihat pelari lain terjatuh. Kau membantunya berdiri dan menuntunnya. Usianya lebih tua 5 tahun darimu kira-kira, selama perjalanan kau menuntunnya ia bercerita bahwa ia hidup seorang diri saat ini. Istrinya sudah meninggalkannya 2 tahun lalu karena penyakit kanker dan ia belum memiliki anak.
“dulu sewaktu muda, aku dan istriku sangat suka lomba marathon. Bahkan aku ikut marathon pertama kali karena diajak olehnya. haha” bapak itu tertawa mengingat kenangan indah bersama istrinya.
“bapak saat ini tinggal seorang diri?”
“heuumm... untungnya aku memiliki keponakan yang sangat perhatian denganku. Aku sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Tapiii, dia masih memiliki orang tua...” bapak itu melepas rangkulanmu dan duduk dibangku yang ada di sisi kanan jalan
“aku dengan kakakku selisih 13 tahun, dia menikah sejak usia 25 tahun. Ia lebih beruntung ketimbang diriku, pada saat usia pernikahannya 1 tahun istrinya mengandung dan sudah berusia 5 bulan. Walaupun terpaut jauh, aku dan kakakku sangat dekat, kami selalu berbagi cerita.” Bapak itu mendongak menatapmu yang berdiri tegap disampingnya.
“bapak juga beruntung memiliki kakak yang sebaik beliau. Saya pasti senang jika mengenalnya”
“haha, kau ini. Sudah jarang aku temui anak muda yang begitu sopan dan peduli dengan orang tua seperti diriku ini”
“eumm... bapak mau lanjut lari lagi?”
“haaah, iyaiya aku harus lanjut lari....” bapak itu beridiri dan menepuk pundakmu tanda untuk pergi berlari lagi
“kalau saya boleh tahu, kenapa bapak ikut lari marathon lagi? Mohon maaf pak sebelumnya kalau saya lancang”
“yaah, ini aku lakukan demi mimpi istriku. Sebelum dia meninggal, dia pernah bercerita ingin lomba lari marathon lagi jika nanti dia sudah baikan. Tapi sayangnya, kondisinya selalu memburuk. Setiap hari semakin turun sampai akhirnya dia pesimis dan menyerah.” Mata bapak itu tampak sedih. Dan kaupun merasa tak enak hati. “maafkan saya pak, saya membuat bapak teringat dengan kenangan seih itu”
“aaah, tidaak.. aku sudah ikhlas dengan kepergian istriku” senyum dibibir bapak itu begitu tulus
“ngomong-ngomong, siapa namamu nak? Sedari tadi kita berbincang tanpa saling kenal”
“oh, maafkan pak. Saya lupa, Saya Lucy Anastashya.” Kau menyalami tangan sedikit keriput di sampingmu dan bibir merah alamimu melengkung dengan sudut sempurna.
“Hai Lucy, panggil saja aku Pak Broto. Saya senang bisa bertemu gadis semanis kamu. Andai saja keponakan ku bisa bertemu gadis sepertimu. Sayangnya, hari ini dia tidak datang karena ia masih diluar negeri untuk menyelsaikan studi S2nya.”
“ahaha, mungkin jika ada kesempatan untuk saya bertemu dengan pak Broto lagi bisa diajak menemui keponakan bapak”
“ahahaha, baiklah. Nanti ditempat istirahat mari bertukar nomor handphone” Pak Broto mengangkat sebelah alisnya yang kemudian kau balas dengan anggukan mantap.
Sekitar 10 menit lagi menuju garis finish, Pak Broto semakin cepat berlari. Entah kenapa, saat kau melihat sekitar hanya ada 2 orang didepan, dan terdapat 2 orang lainnya dibelakang pada jarak 500m.
Kau tidak sadar selama berbincang dengan pak Broto sembari berlarian dengan kecepatan sedang dan banyak pelari lain yang berjalan karena tidak kuat untuk berlari.  Kau melihat kearah pak Broto, wajah semakin berseri saat semakin dekat dengan garis finish. Kau bisa saja meninggalkannya dan menyalip dua orang lain didepan dan menjadi juara pertama. Tapi, yang kau lakukan adalah memperlambat langkah kakimu. Membiarkan Pak Broto menyentuh garis finish lebih dulu, dan memberikan kedudukan juara ketiga kepada beliau.
“akhirnya, mimpi istriku untuk mendapatkan piala lari marathon sudah berhasil aku wujudkan. Terimakasih Lucy, jika saat itu kamu tidak membantuku berdiri dan menuntunku mungkin piala ini berada ditangan orang lain” pak Broto terlihat sangat bahagia, sampai-sampai beliau menangis terharu. 
“saya juga senang membantu bapak, saya bisa mengenal dan mendengarkan cerita cinta tulus bapak dengan istri bapak. Jadi, saya ingin mewujudkan mimpi istri bapak.” Pak Broto kembali memelukmu dan mencium keningmu.
“huwaaaa!!! Selamat paman!” kau kaget sekonyong-konyongnya, begitupun Pak Broto. Bukannya marah, Pak Broto malah terlihat lebih bahagia dan memeluk orang yang mengagetkanmu dengan beliau tadi.
Ternyata dia seorang pria yang tampak sebaya denganmu, dia tidak datang sendiri. Ada satu orang bapak-bapak yang tampak seusia dengan Pak Broto. Satunya lagi seorang perempuan yang tampak berusia 10 tahun lebih tua dari pemuda itu dan ia sedang menggendong anak kecil. Dan ternyata anak kecil yang digendongnya adalah anak yang kau tolong untuk menemukan orangtuanya tadi. Tadi kau tidak seberapa memperhatikan wajah orang tuanya dan perempuan tadi memakai masker.
“ah iya, ini dia kenalkan Lucy Anastasya. Lucy ini adalah adik saya dan istrinya, dan dia adalah keponakan yang saya ceritakan tadi. Ternyata dia memberi saya kejutan hari ini. hahaha”
Kami semua tertawa dan aku menatap matanya. Pemuda itu lebih tinggi 5 cm diatasku, matanya coklat tua, entahlah ia pakai soflens atau tidak. Bagiku itu adalah mata yang indah dan penuh ketulusan. Aku bisa merasakannya, terutama pada saat tangan kami saling berjabat “Lucy Anastasya, panggil saja Lucy.”
“Aditya Dwi Purnama. Biasa dipanggil Adit. Terimakasih Lucy, berkat bantuanmu pamanku bisa mewujudkan impiannya. Dan setelah itu, paman harus beristirahat dan ini terakhir kali mengikuti lomba marathon” gayanya sangat lucu saat itu. Pak Broto hanya bisa angkat tangan dan mengalah dengan peraturan yang dibuat keponakannya saat itu. “Lucy, terimakasih juga kau sudah menemukan adikku. Kamu gadis yang cantik dan baik.”
Entah apa yang terjadi denganku saat itu, aku merasa waktu berhenti. Tubuhku tidak bisa aku gerakkan, bahkan bibirku untuk mengatakan A saja terasa sulit. Aku memegang jantungku, masih berdetak, tapi anehnya lebih kencang dari biasanya. Tidak biasanya seperti ini.
“Lucy!” suaranya mengagetkanku dan membuatku tersadar
“ah iya?” konyol sekali, rasanya ingin aku memukul diriku sendiri saat itu kenapa bertingkah sekonyol itu.
“boleh aku minta nomer teleponmu? Aku harap pertemuan kita tidak berakhir sampai disini saja.”
“ah iya boleh.” Aku mengetikkan nomor teleponku dengan cepat dan mengembalikan handphonenya kembali.
“terimakasih. Nanti malam aku akan meneloponmu.” Aku mengangguk dan tersenyum sebagai jawaban.
Pak Broto yang sedari tadi sibuk bercerita dengan teman-temannya tiba-tiba berceletuk
“ayo, kita pergi makan untuk merayakan kemenangan ini”
“ah, maaf pak. Saya juga sudah ditunggu keluarga saya. Jadi, saya harus segera pamit juga. Permisi..” dan saat kau berbalik, kau melihat orang tuamu.
“jadi ini orang tua Lucy.. Ah, salam pak. Saya Broto, saya tadi bertemu dengan anak bapak dan saya kagum sekali dengannya. Dia sangat sopan dan pandai.” Pak Broto tiba-tiba menghampiri orang tuamu dan mengajak mereka untuk ikut makan bersama. Dan akhirnya, kita semua pergi makan bersama. Keluargamu dan keluargaku makan bersama, dan aku bisa lebih dekat lagi denganmu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar