Hidup merupakan sebuah
perjalanan panjang seseorang yang harus dijalani di dunia ini. Dimana setiap
jalan yang dilalui akan menemukan banyak hal-hal baru yang membuat sesorang
belajar dan memahaminya, dan mungkin sesekali menengok kebelakang untuk melihat
sudah berapa jauh melangkah, sudah berapa banyak hal yang dilakukan, apakah
sudah cukup baik ataukah ada yang harus diperbaiki agar mudah melakukan
perjalanan kedepannya. Dan menurutku hidup itu seperti kita lari marathon 26,2
mil, tujuannya adalah mencapai garis finish yaitu mimpi yang diharapkan. Akan tetapi,
tidak semudah itu menuju garis finish itu. Kita memiliki banyak pesaing, banyak
pelari marathon lainnya yang ingin sampai garis finish terlebih dahulu. Selain itu,
selama perjalanan tiba-tiba bertemu dengan hal yang tak terduga. Misalnya saja
kamu melihat seorang anak kecil diujung jalan lain menangis seorang diri. Kau
menghampirinya, dan ternyata anak itu tersesat dan tidak menemukan orangtuanya.
Dan kau memilih untuk menolongnya dan membantunya menemukan orangtuanya. Sementara
kau melupakan lari marathonmu, kau merasa anak kecil itu lebih butuh bantuanmu
saat itu. Sedangkan pelari yang lain tetap melaju dan menyalip kedudukanmu. Kau
kembali berlari, dan baru beberapa meter berlari kau melihat pelari lain
terjatuh. Kau membantunya berdiri dan menuntunnya. Usianya lebih tua 5 tahun
darimu kira-kira, selama perjalanan kau menuntunnya ia bercerita bahwa ia hidup
seorang diri saat ini. Istrinya sudah meninggalkannya 2 tahun lalu karena
penyakit kanker dan ia belum memiliki anak.
“dulu sewaktu muda, aku dan istriku sangat suka lomba
marathon. Bahkan aku ikut marathon pertama kali karena diajak olehnya. haha”
bapak itu tertawa mengingat kenangan indah bersama istrinya.
“bapak saat ini tinggal seorang diri?”
“heuumm... untungnya aku memiliki keponakan yang sangat
perhatian denganku. Aku sudah menganggapnya seperti anak sendiri. Tapiii, dia
masih memiliki orang tua...” bapak itu melepas rangkulanmu dan duduk dibangku
yang ada di sisi kanan jalan
“aku dengan kakakku selisih 13 tahun, dia menikah sejak usia
25 tahun. Ia lebih beruntung ketimbang diriku, pada saat usia pernikahannya 1
tahun istrinya mengandung dan sudah berusia 5 bulan. Walaupun terpaut jauh, aku
dan kakakku sangat dekat, kami selalu berbagi cerita.” Bapak itu mendongak
menatapmu yang berdiri tegap disampingnya.
“bapak juga beruntung memiliki kakak yang sebaik beliau. Saya
pasti senang jika mengenalnya”
“haha, kau ini. Sudah jarang aku temui anak muda yang begitu
sopan dan peduli dengan orang tua seperti diriku ini”
“eumm... bapak mau lanjut lari lagi?”
“haaah, iyaiya aku harus lanjut lari....” bapak itu beridiri
dan menepuk pundakmu tanda untuk pergi berlari lagi
“kalau saya boleh tahu, kenapa bapak ikut lari marathon
lagi? Mohon maaf pak sebelumnya kalau saya lancang”
“yaah, ini aku lakukan demi mimpi istriku. Sebelum dia
meninggal, dia pernah bercerita ingin lomba lari marathon lagi jika nanti dia
sudah baikan. Tapi sayangnya, kondisinya selalu memburuk. Setiap hari semakin
turun sampai akhirnya dia pesimis dan menyerah.” Mata bapak itu tampak sedih. Dan
kaupun merasa tak enak hati. “maafkan saya pak, saya membuat bapak teringat
dengan kenangan seih itu”
“aaah, tidaak.. aku sudah ikhlas dengan kepergian istriku”
senyum dibibir bapak itu begitu tulus
“ngomong-ngomong, siapa namamu nak? Sedari tadi kita
berbincang tanpa saling kenal”
“oh, maafkan pak. Saya lupa, Saya Lucy Anastashya.” Kau menyalami
tangan sedikit keriput di sampingmu dan bibir merah alamimu melengkung dengan
sudut sempurna.
“Hai Lucy, panggil saja aku Pak Broto. Saya senang bisa
bertemu gadis semanis kamu. Andai saja keponakan ku bisa bertemu gadis
sepertimu. Sayangnya, hari ini dia tidak datang karena ia masih diluar negeri
untuk menyelsaikan studi S2nya.”
“ahaha, mungkin jika ada kesempatan untuk saya bertemu
dengan pak Broto lagi bisa diajak menemui keponakan bapak”
“ahahaha, baiklah. Nanti ditempat istirahat mari bertukar
nomor handphone” Pak Broto mengangkat sebelah alisnya yang kemudian kau balas
dengan anggukan mantap.
Sekitar 10 menit lagi menuju
garis finish, Pak Broto semakin cepat berlari. Entah kenapa, saat kau melihat
sekitar hanya ada 2 orang didepan, dan terdapat 2 orang lainnya dibelakang pada
jarak 500m.
Kau tidak sadar selama
berbincang dengan pak Broto sembari berlarian dengan kecepatan sedang dan
banyak pelari lain yang berjalan karena tidak kuat untuk berlari. Kau melihat kearah pak Broto, wajah semakin
berseri saat semakin dekat dengan garis finish. Kau bisa saja meninggalkannya
dan menyalip dua orang lain didepan dan menjadi juara pertama. Tapi, yang kau
lakukan adalah memperlambat langkah kakimu. Membiarkan Pak Broto menyentuh
garis finish lebih dulu, dan memberikan kedudukan juara ketiga kepada beliau.
“akhirnya, mimpi istriku untuk mendapatkan piala lari
marathon sudah berhasil aku wujudkan. Terimakasih Lucy, jika saat itu kamu
tidak membantuku berdiri dan menuntunku mungkin piala ini berada ditangan orang
lain” pak Broto terlihat sangat bahagia, sampai-sampai beliau menangis
terharu.
“saya juga senang membantu bapak, saya bisa mengenal dan
mendengarkan cerita cinta tulus bapak dengan istri bapak. Jadi, saya ingin
mewujudkan mimpi istri bapak.” Pak Broto kembali memelukmu dan mencium
keningmu.
“huwaaaa!!! Selamat paman!” kau kaget sekonyong-konyongnya,
begitupun Pak Broto. Bukannya marah, Pak Broto malah terlihat lebih bahagia dan
memeluk orang yang mengagetkanmu dengan beliau tadi.
Ternyata dia seorang pria yang
tampak sebaya denganmu, dia tidak datang sendiri. Ada satu orang bapak-bapak
yang tampak seusia dengan Pak Broto. Satunya lagi seorang perempuan yang tampak
berusia 10 tahun lebih tua dari pemuda itu dan ia sedang menggendong anak
kecil. Dan ternyata anak kecil yang digendongnya adalah anak yang kau tolong
untuk menemukan orangtuanya tadi. Tadi kau tidak seberapa memperhatikan wajah
orang tuanya dan perempuan tadi memakai masker.
“ah iya, ini dia kenalkan Lucy Anastasya. Lucy ini adalah
adik saya dan istrinya, dan dia adalah keponakan yang saya ceritakan tadi. Ternyata
dia memberi saya kejutan hari ini. hahaha”
Kami semua tertawa dan aku
menatap matanya. Pemuda itu lebih tinggi 5 cm diatasku, matanya coklat tua,
entahlah ia pakai soflens atau tidak. Bagiku itu adalah mata yang indah dan
penuh ketulusan. Aku bisa merasakannya, terutama pada saat tangan kami saling
berjabat “Lucy Anastasya, panggil saja Lucy.”
“Aditya Dwi Purnama. Biasa dipanggil Adit. Terimakasih Lucy,
berkat bantuanmu pamanku bisa mewujudkan impiannya. Dan setelah itu, paman
harus beristirahat dan ini terakhir kali mengikuti lomba marathon” gayanya
sangat lucu saat itu. Pak Broto hanya bisa angkat tangan dan mengalah dengan
peraturan yang dibuat keponakannya saat itu. “Lucy, terimakasih juga kau sudah
menemukan adikku. Kamu gadis yang cantik dan baik.”
Entah apa yang terjadi denganku saat itu, aku merasa waktu
berhenti. Tubuhku tidak bisa aku gerakkan, bahkan bibirku untuk mengatakan A
saja terasa sulit. Aku memegang jantungku, masih berdetak, tapi anehnya lebih
kencang dari biasanya. Tidak biasanya seperti ini.
“Lucy!” suaranya mengagetkanku dan membuatku tersadar
“ah iya?” konyol sekali, rasanya ingin aku memukul diriku
sendiri saat itu kenapa bertingkah sekonyol itu.
“boleh aku minta nomer teleponmu? Aku harap pertemuan kita
tidak berakhir sampai disini saja.”
“ah iya boleh.” Aku mengetikkan nomor teleponku dengan cepat
dan mengembalikan handphonenya kembali.
“terimakasih. Nanti malam aku akan meneloponmu.” Aku mengangguk
dan tersenyum sebagai jawaban.
Pak Broto yang sedari tadi sibuk bercerita dengan
teman-temannya tiba-tiba berceletuk
“ayo, kita pergi makan untuk merayakan kemenangan ini”
“ah, maaf pak. Saya juga sudah ditunggu keluarga saya. Jadi,
saya harus segera pamit juga. Permisi..” dan saat kau berbalik, kau melihat
orang tuamu.
“jadi ini orang tua Lucy.. Ah, salam pak. Saya Broto, saya
tadi bertemu dengan anak bapak dan saya kagum sekali dengannya. Dia sangat
sopan dan pandai.” Pak Broto tiba-tiba menghampiri orang tuamu dan mengajak
mereka untuk ikut makan bersama. Dan akhirnya, kita semua pergi makan bersama. Keluargamu
dan keluargaku makan bersama, dan aku bisa lebih dekat lagi denganmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar