Minggu, 23 September 2018

TITIK BALIK



Sendiri itu memang membosankan, seringkali melakukan hal-hal baru yang belum pernah dilakukan untuk mengusirnya. Tapi hari ini aku duduk termenung di pojokan coffeshop sendirian. Pandanganku kosong ke arah kaca depan. Tampak orang-orang berlalu lalang, ada yang berbelok ke coffe shop, ada juga yang berjalan melewati. Hari ini aku bingung dengan diriku sendiri. Aku sudah melakukan hal-hal yang aku sukai, tapi aku tidak bahagia. Bila sudah seperti ini biasanya aku makan-makanan yang banyak-apapun itu. Tapi kali ini, cheese cake mungkin yang aku pesan saja tidak aku sentuh sama sekali. Bila tidak mempan juga, aku membuat sebuah lukisan atau sketsa apa yang aku lihat atau apa menuliskan sesuatu yang bisa membuatku lebih baik. Kadang juga aku membaca buku-buku fiksi sekedar mencari hiburan atau inspirasi. Hingga muncul sebuah pertanyaan dalam diri “aku bosan melakukan semua sendirian. Aku ingin mengajak orang lain untuk travelling merasakan apa yang aku rasakan, apa yang aku lakukan. Tapi, siapa yang aku ajak?” jujur saja aku jarang mengajak teman-temanku. Karena aku tahu, hobiku dengan mereka berbeda. Kami tidak bisa satu pemikiran untuk melakukan hobi. Kebanyakan dari teman-temanku pergi ke sebuah mall, sebuah cafe, nonton konser, tempat karaoke atau ke tempat-tempat ramai lainnya. Aku juga tidak terlalu suka bepergian dengan banyak orang, karena ada beberapa hal juga yang tidak aku suka, contohnya: jam karet, suka ngaret banget, kebanyakan wacana, ribet bawaannya sedangkan aku yang simpel-simpel aja. Kalian juga pasti bertanya, kenapa tidak dengan keluarga? Iya, maunya. Tapi ayah dan ibuku bukan orang yang suka jalan-jalan. Lebih suka dirumah, menonton tv, berbincang. Bukannya aku tidak suka, aku suka. Sangat suka malah bila melihat keluargaku yang begitu hangat. Tapi, aku tidak terlalu betah lama-lama dirumah terus menerus. Aku sering bepergian dengan dua sepupuku. Kami bertiga memang berbeda sifat dan pemikiran, tapi selalu menemukan cara untuk bersatu. Tapi ada satu sifat yang sama diantara kita bertiga, yaitu sederhana. Kemanapun kita pergi, kita gk pernah telat, gak pernah bawa barang-barang yang ribet. Dimanapun tempat makannya, tempat tidurnya, tempat mandinya kita nyaman.
Aku ingin pergi travelling lagi, aku ingin bekerja lagi. Tapi aku harus bersabar, aku harus melewati masa-masa menegangkan dalam kuliah. Merasakan susahnya dapat judul, revisian isi proposal, seminar proposal dan saat-saat menegangkan lainnya. Aku jadi ingat seseorang pernah berkata
“sukai apa yang kamu miliki saat ini dan tetap lakukan apa yang kamu sukai. Kelak semua akan menjadikanmu orang hebat yang multitasking. Profesional melakukan segala hal, sekalipun kau tidak menyukainya. Bila memang sudah menjadi sebuah kewajiban, kau harus melakukannya. Lakukan dengan caramu, tunjukkan hasil terbaiknya.”
Aku menghela napas panjang, menarik sudut bibirku keatas. Iya, kata-kata itu selalu aku ingat dengan baik. Itu adalah titik balikku untuk semangat kembali. Kini kopi yang tinggal setengah itu aku habiskan. Kemudian meraih tas slempang hitam dan melangkah keluar. Memantapkan semangat dan melangkah dengan penuh keyakinan bahwa semua akan indah.

Jumat, 21 September 2018

Cerita Di dalam Kelas

Mendengarkan, namun tidak tahu apa yang di dengarkan
Menunggu yang berujung pada dosa
Merasa lelah tapi sayang tidak lillah
Menulis, namun bukan sumber ilmu yang ditulis

Ibarat kata, yang didepan menuangkan air 
Sedang dibelakang berjajar manusia yang haus 
Ada yang membawa gelas pecah 
Hingga hanya menyisakan 3/8 bagian dari gelas
Dengan permukaan atas berbentuk tajam
Yang kalau secara logika, akan terjadi luka saat dipakai minum
Ada yang membawa gelas terpotong setengahnya secara horizontal
Dan kau pasti tahu, gelas itu tidak akan penah terisi
Jika sisi yang tidak terpotong menghadap kedepan
Tampak ia seperti gelas biasa dan bisa untuk menampung air
lalu sisi yang lain? 
Yang terakhir, ada yang membawa gelas retak
Bahkan saat kau memegangnya dengan sedikit kekuatan
Maka gelas itu akan hancur

Jadi apa yang aku dapat saat itu
Aku mengamati, mempelajari
Bagaimana seharusnya aku beriskap 

Aku tidak mau terluka gara-gara gelasku sendiri
Merasa cukup dengan ilmu yang aku punya
Yang akhirnya membuatku tidak peduli
Aku juga tidak mau membawa gelas dengan sisi satunya terpotong
Oleh karena itu, aku harus fokus dengan materinya
Aku berusaha menahan diri untuk tidak bermain handphone
Yang terakhir aku ingin mempunyai gelas yang kuat dan utuh
Tidak boleh ada cacat sedikitpun dalam gelasku
Maka aku harus bersikap ikhlas dan sabar
Walaupun terasa lelah dan lama
Semoga usaha mendapat berkah dan menjadi lillah