Senyum merekah itu sudah lama tak terlihat dari wajahnya. Aku sudah lama sekali hanya berani memandanginya dari jauh. Ahh, lagi pula untuk apa aku ungkapkan toh tidak ada pengaruhnya bagi dia. Sudah berapa kali aku berpikir seperti itu, hmmm... Mungkin puluhan kali atau bahkan ratusan kali? Apa yang bisa aku lakukan. Kau itu seperti bintang kejora dilangit yang disekitarnya dikelilingi bintang-bintang kecil sedangkan aku hanya seekor kecebong yang tinggal di air kotor, dan tinggal bersama katak, ikan yang mayoritas mereka berbau amis. Bagaimana bisa aku meraihmu. Kau hebat, kau memiliki kemampuan yang luar biasa, bakat bernyanyimu, kemampuanmu berbicara didepan banyak orang. Sedangkan diriku yang hanya menjadi penonton. Bukannya aku tak punya bakat, aku punya hanya saja tidak adanya dana untuk mendukung bakatku. Orangtuaku yang hanya pekerja serabutan dengan gaji pas pasan, sedangkan orang tuamu memiliki gedung bertingkat dimana-mana. Sudah seharusnya aku tahu diri, aku tidak pantas untukmu. Kalaupun aku bisa denganmu, aku tidak menjadi pendamping hidupmu melainkan menjadi budakmu. Tidak, aku tidak membencimu. Aku hanya mengatakan kenyataan dan benar yang dikatakan ibumu. Bahwa aku yang salah, salah karena telah menyukaimu di awal. Selamat tinggal. Aku berharap kelak dapat mengubah suatu keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar