Sabtu, 27 April 2019

Angan-Angan Pesimis

Senyum merekah itu sudah lama tak terlihat dari wajahnya.  Aku sudah lama sekali hanya berani memandanginya dari jauh.  Ahh, lagi pula untuk apa aku ungkapkan toh tidak ada pengaruhnya bagi dia.  Sudah berapa kali aku berpikir seperti itu,  hmmm...  Mungkin puluhan kali atau bahkan ratusan kali?  Apa yang bisa aku lakukan.  Kau itu seperti bintang kejora dilangit yang disekitarnya dikelilingi bintang-bintang kecil sedangkan aku hanya seekor kecebong yang tinggal di air kotor, dan tinggal bersama katak, ikan yang mayoritas mereka berbau amis.  Bagaimana bisa aku meraihmu.  Kau hebat,  kau memiliki kemampuan yang luar biasa,  bakat bernyanyimu,  kemampuanmu berbicara didepan banyak orang.  Sedangkan diriku yang hanya menjadi penonton.  Bukannya aku tak punya bakat, aku punya hanya saja tidak adanya dana untuk mendukung bakatku.  Orangtuaku yang hanya pekerja serabutan dengan gaji pas pasan, sedangkan orang tuamu memiliki gedung bertingkat dimana-mana.  Sudah seharusnya aku tahu diri,  aku tidak pantas untukmu.  Kalaupun aku bisa denganmu, aku tidak menjadi pendamping hidupmu melainkan menjadi budakmu.  Tidak,  aku tidak membencimu.  Aku hanya mengatakan kenyataan dan benar yang dikatakan ibumu.  Bahwa aku yang salah,  salah karena telah menyukaimu di awal.  Selamat tinggal.  Aku berharap kelak dapat mengubah suatu keadaan. 

Aku tanpamu



Mentari pagi datang menyambut indah hari baru
Berharap energi positif datang dalam diri
Sayang,  rasa lelah sepertinya lebih besar
Entah apa yang sebenarnya yang terjadi
Dan harus bagaimana sebenarnya
Jiwa nya meronta untuk segera diakhiri
Lelah lesu tak ada energi positif didalamnya
Namun dia tidak tahu bagaimana caranya
Dia mengatakan aku sudah bosan
Aku ingin pergi dan tak berurusan lagi denganmu
Bagaikan raja singa dan gajah
Dia pergi dan meninggalkannya sendirian
Entah sudah sejauh apa kakinya melangkah
Berharap ia melihat sesuatu hal baru
Dan membuat dirinya belajar untuk lebih memahami
Sang jiwa berkata aku akan selalu menunggumu 
Pergilah dan ceritakan hal baru itu saat kau kembali
Dan aku akan disini menghadap pada yang Maha Kuasa
Agar engkau segera kembali
Entah kapan waktu itu


Rabu, 03 April 2019

puisi posesif

dia tenang aku aman
dia marah aku sedih
sikapnya kian tidak menentu
semakin posesif
namun aku juga tidak bisa melawan
entah apa yang membuatku bungkam
entah karena rasa nyaman dan sayang
atau karena takut padanya
aku berharap pada Tuhan
kelak ia menjadi lebih lunak
dan jika memang kita berjodoh
lambat laun aku bisa menyeimbangi sikapmu

Selasa, 02 April 2019

saat sore hari adalah hal yang sangat aku tunggu, saat melihat sang langit yang berubah warna dari biru menjadi merah kejinggaan atau perpaduan du warna yang menciptakan keindahan dunia. dimanapun tempatnya akan selalu tampak menarik. kemudian aku pikir, aku menyukai senja.
akan tetapi, sepertinya aku salah penafsiran. bahwa sebenarnya saya jatuh cinta dengan sang langit. entah saat ia berawan biru, berwarna hitam, langit terang ataupun gelap, saat malam tiba ataupun fajar menjemput. semuanya, selalu ada dalam kehidupan sehari-hari, yang selalu menemaniku dan selalu yang terbaik. menampilkan warna yang berbeda-beda setiap hari dengan ribuan rasa.

#poem # poemdmj